
BISNIS kuliner menuntut pelaku usaha terus berkreasi untuk menarik minat calon konsumen. Tidak hanya dari segi rasa, cara penyajian pun menjadi bagian penting jenis usaha satu ini, utamanya di daerah perkotaan. Di Jakarta, beberapa gerai makanan menawarkan konsep food truck untuk memanjakan para pecinta kuliner. Meski masih terbilang baru di Indonesia, konsep bisnis yang diadaptasi dari Amerika tersebut mulai dijalankan beberapa pelaku usaha kuliner. Gerai makanan yang mengadopsi konsep itu kebanyakan tidak dalam bentuk truk, tetapi mobil yang lebih kecil seperti jenis minibus. Mobil-mobil yang digunakan sebagai gerai dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak hanya bisa untuk menjajakan makanan, tetapi dapur pun bisa diboyong ke dalam mobil untuk berjualan makanan keliling Jakarta. Hal itu seperti yang ditawarkan Loco Mama. Brand satu ini menawarkan aneka hidangan asal Meksiko. Griselda Valentina, pemilik usaha Loco Mama, mengungkapkan alasan dirinya menjajakan makanan dengan konsep food truck. Selain hal itu dirasa lebih simpel, pelaku usaha yang memakai konsep tersebut masih sedikit.

''Jalankan usaha resto dengan menyewa tempat dalam jangka waktu panjang membutuhkan biaya besar, apalagi di Jakarta. Akan tetapi, usaha yang dijalankan terpaku di situ-situ saja,'' ujar Griselda, Rabu (4/2). Ide demikian, diakui Griselda, didapat lewat pengalamannya saat menimba ilmu saat berkuliah di 'Negeri Paman Sam'. Di sana, keberadaan jajanan food truck dapat dengan mudah dijumpai hampir di tiap sudut jalan. "Di Amerika yang namanya food truck sudah kaya PKL (pedagang kaki lima) di sini," candanya. Griselda membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk memodifikasi kendaraan. Hasilnya, Chevrolet keluaran 1941 miliknya dapat disulap menjadi restoran berjalan. Tidak lupa, keunikan bentuk kendaraan disolek dengan warna cat oranye-putih yang mencolok. Hal itu untuk lebih menarik perhatian para pengguna jalan. Penjajal konsep food truck lainnya, Felix, pemilik brand Tabanco Coffee, mencoba menawarkan kopi-kopi asal Indonesia. Untuk menjajakan minuman olahannya, ia memanfaatkan kendaraan jenis Volkswagen (VW) Combi secara berpindah-pindah. ''Kuliner asal Indonesia tak kalah menarik dari kuliner luar negeri untuk ditawarkan lewat food truck. Apalagi kopi kita yang sudah banyak dikenal sampai mancanegara karena kenikmatan rasanya,'' terangnya. Tak bisa dimungkiri, investasi awal untuk menjalankan bisnis food truck membutuhkan dana tidak sedikit. Pendanaan itu untuk permodalan pembelian kendaraan dan memodifikasi konstruksi dapur. ''Modalnya pasti sampai ratusan juta (rupiah). Kalau sudah jalan satu tahun sudah bisa kelihatanlah hasilnya.'' Saat melihat tren konsep food truck tersebut, Kasubdit Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKB Hindarsono mengingatkan para pemilik kendaraan agar tidak mengubah fisik kendaraan. Selain dapat mengganggu laju kendaraan lain, mengubah spesifikasi mobil bisa melanggar UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU Nomor 22 Tahun 2009). Apalagi, kata dia, mobil gerai makanan yang disertai dapur dan menempatkan kompor di dalam kendaraan. ''Berjualan itu tidak bisa di sembarang tempat,'' tuturnya. Apalagi, sambung dia, jika ternyata lebar dan panjang kendaraan telah diubah dan melaju di jalan umum. Maka, pihaknya akan langsung mengambil tindakan, menjerat pelaku dengan UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. ''Termasuk memasang sirene, lampu yang menyilaukan, dan lainnya,'' tutup dia. Adaptasi gerobak Di Indonesia sendiri, penjual makanan keliling lebih akrab dengan konsep gerobak. Meski tradisional dan sering dianggap remeh, gerobak menjadi sarana penjualan makanan yang sangat diandalkan para pedagang kaki lima (PKL). Pemerintah provinsi DKI Jakarta sendiri ingin mengadopsi konsep food truck kepada para PKL. Sekretaris Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta Irwandi mengatakan pihaknya akan melakukan inovasi untuk membuat konsep gerobak yang khas menjadi lebih menarik. Ia mencoba memodifikasi gerobak dengan mengadopsi gaya dari konsep food truck dengan bantuan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) salah satu ritel besar. ''Memang konsep food truck itu cukup bagus, ya. Namun, untuk diterapkan di sini bagi PKL sulit karena beli mobilnya saja berapa. Kita ingin adopsi konsep kebersihan dalam mengolah makanan dari food truck itu saja. Akan tetapi, modelnya tetap gerobak yang dimodifikasi agar bergaya sedikit,'' kata Irwandi kepada Media Indonesia, Selasa (3/2). Irwandi menjelaskan bantuan berupa gerobak yang diberikan dari dana CSR tersebut sudah disetujui pihaknya dan akan didistribusikan ke PKL resmi di bawah Dinas KUMKMP. Meskipun tidak bisa merinci berapa jumlah gerobak bantuan yang diberikan, Irwandi menyatakan gerobak-gerobak itu akan didistribusikan ke PKL di berbagai wilayah di Jakarta. Peluncuran bantuan itu pun tinggal menunggu persetujuan langsung dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Irwandi menargetkan paling lambat gerobak-gerobak modern tersebut bisa diluncurkan pada April. ''Sudah sangat siap gerobak dari CSR itu. Bagus sekalilah pokoknya. Tinggal tunggu Pak Gubernur meresmikan. Mudah-mudahan akhir April sudah bisa,'' ujar Irwandi. Menurut Irwandi, perizinan dagang pengusaha yang berjualan dengan konsep food truck berada di bawah Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP). Pihaknya kini hanya berperan untuk mengawasi, mendata dan membina para PKL dan usaha kecil menengah (UKM). (Put/Gol/J-4)