top of page

Food Truck Semakin Diminati

Sumber: varia.id

VARIA.id, Jakarta – Konsep bisnis kuliner di atas mobil mulai menyedot perhatian. Jualanan makanan di atas mobil atau biasa disebut food truck menjadi tren baru bisnis kuliner.

Food truck di Indonesia dipelopori para wirausaha muda di Jakarta pertengahan 2013. Konsep ini mengadopsi dari Amerika. Awalnya hanya segelintir orang mempopulerkan food truck di Indonesia. Sekarang, food truck mulai menjamur di kota besar. Di Jakarta sendiri ada sekitar 80 mobil food truck yang dinaungi beberapa organisasi. Seperti, Taco Truck, Jakarta Food Truck, Tobaco Coffee, Food Truck Owner Grup dan sebagainya. Pemilik Amerigo Food Truck Puput Rasyid mengaku mengawali bisnis food truck pada pertengahan 2013. Dia memodifikasi Colt FE 71 L menjadi dapur berjalan. Mobil sepanjang 5,75 meter itu didesain khusus layaknya mini cafe. Ada kompor, pendingin makanan, rak dapur dan meja untuk menyajikan makanan. Konsep food truck butuh modal tidak sedikit. Pembuatan Amerigo membutuhkan biaya sekitar Rp 700 juta. ”Biaya terbesar ada pada pembelian mobil dan modifikasi dapur,” terang Puput. Biaya sebesar itu didapat gadis 26 tahun ini dari investor. Puput mengatakan, sebelum mengawali bisnis, ia membuat proposal dan konsep bisnis yang akan dijalani. ”Yang harus diutamakan dari food truck itu kita harus tahu dulu tema apa yang akan kita jual,” kata dia. Amerigo menawarkan varian menu seperti beef burger dari Amerika, Japchae dari Korea, Pouthine dari Prancis dan lainnya. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau. Yakni, kisaran Rp 20-40 ribu. ”Biasanya kalau di kafe atau restoran masyarakat berpikir pasti mahal. Nah, konsep food truck ini sengaja dibuat untuk mendekatkan masyarakat secara langsung dengan harga lebih terjangkau,” ujar Puput. Konsep yang diusung Puput bersama rekannya cukup jitu. Seperti pemilik food truck lain, Puput lebih banyak memasarkan dagangannya di tempat-tempat yang banyak pengunjung. Seperti parkir mal, sekolah-sekolah, acara pameran, festival band, seminar dan lain sebagainya. Bulan pertama, Amerigo sudah dapat meraup omzet Rp 130 juta. Modal besar Bisnis kuliner dengan food truck memang butuh modal besar. Rata-rata di atas Rp 100 juta untuk memodifikasi mobil. Namun, bagi pemula yang ingin memulai jualan berjalan ini, ada beberapa masukan untuk lebih hemat. Para pemula bisa memulai bisnis food truck dengan membeli mobil VW Kombi bekas. Di pasaran mobil keluaran Jerman tahun 70-an ini dibanderol Rp 25-30 juta. Lalu, biaya modifikasi sekitar Rp 30 juta. ”Modal awal saya Rp 70 juta. Beli mobil Rp 25 juta, modifikasi Rp 30 juta, sisanya untuk belanja makanan,” tutur pemilik Taco Express, Joko Waluyo, kepada VARIA.id, beberapa waktu lalu. Dia juga memiliki cara sendiri untuk menghemat pengeluaran lain. Joko menampung anak jalanan dan melatih memasak. Sayang, Joko enggan mengatakan berapa pengeluaran untuk membayar karyawan tiap bulan. Ada empat anak yang dia bina. ”Saya menggaji dengan sistem bonus. Jadi mereka ada rasa memiliki,” kata pria yang mengawali bisnis food truck pertengahan 2013 ini. Taco Express menjual makanan ringan khas Meksiko seperti, Nachos, Taco, Burrito, Quasedilla, dan Chimicanga. Harga yang ditawarkan Joko cukup bervarisi, mulai Rp 35-85 ribu. Selalu bergerak dan menjemput pasar menjadi keunggulan bisnis food truck. Joko membawa makanan yang biasanya hanya ada di restoran kelas menengah ke atas di jalan dengan harga terjangkau. Dari bisnisnya, Joko memiliki tiga unit mobil dengan konsep sama. ”Omzet rata-rata satu mobil Rp 60 juta,” ungkapnya. Pria yang juga salah satu pengurus Food Truck Owner Group ini menerangkan, memulai bisnis food truck harus memperhatikan beberapa persyaratan. Pertama, pemilik harus memperhatikan legalitas dan surat-surat mobil. Kedua, menyediakan peralatan kebakaran di mobil. Ketiga, selalu memperhatikan kebersihan makanan. Sebab, selalu dibawa keliling. ”Beruntung Indonesia belum ada standar food truck,” ujarnya. Dia menambahkan, bisnis kuliner dengan konsep food truck memiliki keunggulan dan kelemahan. Pelaku bisnis food truck diuntungkan tidak perlu sewa dan pajak tempat usaha karena sistem kerjanya mobile. Lalu, tidak perlu biaya besar membayar karyawan, karena kapasitas food truck maksimal 4-5 orang. Food truck memiliki kelebihan menjemput konsumen. ”Dulu saya harus sewa tempat di daerah Kemang Rp 60 juta setahun. Sekarang tidak perlu. Pelanggan juga bisa mendatangi, kami selalu up date hari ini stand by dimana lewat sosial media,” kata Joko. Food Dia menambahkan, food truck juga memiliki kelemahan. Salah satunya ketika musim hujan. Biasanya pelaku usaha food truck memilih tidak berjualan ketika turun hujan. Selain sulit berjualan, ketika turun hujan juga bahaya di segi keamanan. Food truck biasa menggunakan mesin genset untuk tenaga listrik. ”Saya setiap hari biasa bawa 100-120 porsi, kalau ada acara bisa bawa 200 porsi. Tapi kalau musim hujan ini rata-rata 60 porsi sudah bagus,” ungkap dia. Staf Ahli Kementerian Perindustrian Bidang Pemasaran dan Penggunaan Produk Dalam Negeri Ferry Yahya mengatakan, kehadiran food truck membantu perkembangan industri kreatif subsektor kuliner. Kendati belum ada catatan khusus seberapa besar kontribusi konsep food truck di industri kreatif, Ferry yakin food truck turut menyumbang pendapatan domestik bruto (PDB) negara. ”Ini bagus karena industri kreatif menjadi salah satu tumpuan ekonomi bangsa,” kata Ferry ketika ditemui di Jakarta, akhir pekan lalu. Menurut dia, fenomena perkembangan food truck ini harus cepat diwadahi. Misalnya, pemerintah daerah melibatkan food truck pada saat acara-acara tertentu. Seperti festival-festival atau mewadahi berkumpulnya food truck di fasilitas-fasilitas umum. ”Kalau konsepnya bagus, pasti ada nilai ekonomi yang besar nantinya,” tambahnya. Kuliner menjadi salah satu subsektor industri kreatif yang berkontribusi cukup besar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ekonomi kreatif menyumbang sekitar Rp 641,82 triliun atau 7 persen dari PDB nasional 2013. Dari situ, subsektor kuliner menyumbang 32,5 persen. Subsektor kuliner juga berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Yakni, 32,33 persen dari total penyerapan tenaga kerja di industri kreatif sebesar 125 juta pada awal 2014. ”Dari 15 industri kreatif, kontribusi terbesar di kuliner, nomor dua kerajinan,” tandas Ferry.*

#anekaberita

bottom of page